Rendi Solihin: Jangan Sampai Seperti Dulu-dulu. Belimbur Kerab Dinodai dengan Tindakan Kurang Terpuji
SEPASANG NAGA: Ritual mengulur sepasang naga dari Museum Mulawarman Ing Martadipura Tenggarong ke Kutai Lama, Kecamatan Anggana
TENGGARONG-Minggu (1/10) kemarin, menjadi puncak Pesta Adat Erau Pelas Benua 2023, berlangsung sejak Minggu (24/9) di Kota Raja Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar). Ya, sebagai puncak pelaksanaan Erau tersebut, digelar Belimbur atau siraman. Dipimpin Sultan Aji Muhammad Arifin bersama sejumlah pejabat. Prosesi Belimbur itu sendiri dilaksanakan, seusai ritual mengulur sepasang naga dari Tenggarong ke Kutai Lama, Kecamatan Anggana.
“Alhamdulillah Belimbur kali ini, berjalan tertib. Artinya masyarakat etam semakin menyadari, betapa penting menjunjung adat. Mengingat Belimbur merupakan puncak dari pesta adat Erau,” ungkap Heriansyah bergelar Pangeran Noto Negoro, selaku Ketua Panitia Adat Erau Pelas Benua 2023.
Memang, jauh hari sebelum Belimbur. Pemkab Kukar bersama Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Telah menyampaikan imbauan ke masyarakat daerah ini, supaya prosesi Belimbur berjalan tertib. Mengingat posisi Belimbur itu sendiri, merupakan puncak pesta adat Erau. Di mana esensinya, sebagai membersihkan tubuh dan jiwa peserta Belimbur itu sendiri.
“Jangan sampai seperti dulu-dulu. Belimbur kerab dinodai dengan tindakan kurang terpuji. Kami berharap Belimbur di Erau tahun ini, benar-benar tertib. Sebab leluhur kita dahulu sangat menghormati kesucian Belimbur. Sebagai ajang untuk ‘membersihkan’ jiwa dan raga semua peserta Belimbur tersebut,” ujar Wakil Bupati (Wabup) Kukar, Rendi Solihin.
Dari pantauan harian ini, sejak pagi-pagi sejumlah kawasan strategis di Kota Tenggarong, sudah diserbu warga. Semua bersiap mengikuti proses Belimbur. Masing-masing membawa peralatan pendukung, seperti ember serta gayung. Tidak sedikit pula, berbekal perangkat berat. Berupa alkon alias mesin pompa air. Lengkap dengan selang air, menyedot dari Sungai Mahakam.
“Ya meskipun basah kuyup begini. Tapi kami tetap aman dari ‘serangan’ tangan-tangan jahil,” ucap seorang remaja perempuan dibonceng sepeda motor kerabatnya, juga seorang perempuan beranjak dewasa.
Tentu saja ini perkembangan baik. Mengingat di tahun-tahun lalu, ada saja insiden buruk. Ya berupa pelecehan seksual menimpa para gadis, di sela-sela meriahnya Belimbur. Harian ini pun memantau Belimbur sampai ke bilangan Loa Kulu sampai simpang tiga Loa Janan. Betapa terlihat ritual saling siram, berjalan tertib. Meskipun arus lalulintas sedikit terhambat dengan siram-siraman tersebut.
“Kami juga lihat-lihat, siapa akan disiram. Jika itu ibu-ibu bawa anak kecil. Atau bapak-bapak mau berangkat kerja. Tidak akan kami siram. Kecuali memang kelihatan ‘aman’ pasti kami siram beramai-ramai,” kata Wardi yang ikut Belimbur di bilangan Desa Loa Janan Ulu. (adv/bis)