Berita Terbaru

Survei Terbaru Charta Politika, Pasangan Edi-Rendi Kokoh di Posisi Pertama Jelang Pilkada Kukar Mahfud MD: Putusan MK Lebih Tinggi dari Peraturan KPU, Otomatis Gugurkan Putusan MA TIM KUASA HUKUM EDI -RENDI Tanggapi masalah Video Narasi Putusan MK

TENGGARONG-Prosesi HUT Kota Tenggarong ke-242 DPRD Kutai Kartanegara mengawali dengan ziarah makam pendiri Kota Tenggarong Sultan Aji Muhammad Muslihuddin/ Aji Imbut Sultan Kutai Kartanegara ke-15. Acara dilanjutkan Sidang Paripurna pada 28 September 2024.

Sebelum dimulai acara dirangkai dengan persembahan seni bernyanyi tarsul oleh Akhmad Habibullah, siswa SD Negeri 028 Tenggarong, dilanjutkan Pergelaran Puisi Mantra Ngais dari Dedi Nala Arung.

Persembahan Tarian yayasan gubang Kutai Kartanegara dibawah binaan dinas pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara, Tari Ajun Bueq akan Buek yang dipersembahkan sanggar tari Runtiiq Bulan Kelurahan Jahab, Pembacaan Ayat Suci Al Quran yang dibacakan oleh sodari Nur Rahmiyatin Adha.

Dilanjutkan sidang paripurna di pimpin langsung Herry Asdar, selaku wakil ketua sementara DPRD Kukar sedangkan pihak pemerintah daerah dihadiri Bambang Arwanto (Pejabat Sementara Bupati Kutai Kartanegara), Kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Jajaran Fokopimda, Anggota DPRD Kukar, Para kepala OPD, camat, lurah dan kepala desa, kelompok paguyuban dan undangan penting lainya.

Pjs Bupati Kutai Kartanegara Bambang Arwanto dalam sambutannya mengatakan terkait catatan sejarah kota Tenggarong 242 Tahun silam. Dimulai pada Tahun 371 Masehi, telah berdiri Kerajaan Kutai Martadipura dengan pusat Pemerintahan di Bukit Brubus, Muara Kaman Ulu, kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan hindu tertua di Nusantara, selanjutnya pada abad ke-14 berdiri pula Kerajaan Kutai Kartanegara di Jahitan Layar atau dikenal Kutai Lama, dengan Raja pertama, yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti, selanjutnya pada abad ke-17 masa pemerintahan Raja Kutai Kartanegara yang ke-8, yakni Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa mengambil alih dinasti Kutai Martadipura, sehingga Kerajaan Kutai Kartanegara berubah nama menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

“Adapun wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur, Selama kurang lebih 7 abad kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara, pusat pemerintahan telah mengalami dua kali perpindahan, pertama pada tahun 1734 pada masa Pemerintahan Aji Sultan Muhammad Idris, perpindahan pusat pemerintahan dari Kutai Lama ke Pemarangan, atau di wilayah dalam Sungai Jembayan. Selanjutnya pada tanggal 28 September 1782 atau 242 tahun silam, oleh Raja Kutai Kartanegara ke-15, yakni Aji Sambutan Supati Kutai Kartanegara,” lanjutnya.

Muhammad Muslihuddin atau dikenal dengan nama Aji Imbut, memindahkan pusat pemerintahan ke Tepian Pandan, yang selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Parikesit di ubah nama menjadi Tangga Arung dan hingga saat ini lebih populer dengan sebutan Tenggarong.

“Alhamdulillah hingga saat ini Kota Tenggarong terus bertransformasi menuju sebuah kota dengan peradaban yang maju, modern, ramah dan berbudaya. Pembangunan merupakan suatu proses sistemik, yang dilakukan secara gradual dan berkelanjutan, oleh karenanya pembangunan harus bersandar pada proses perbaikan dan memberikan pengaruh yang kuat terhadap kualitas kehidupan masyarakat dalam sebuah peradaban,” ujarnya.

Tenggarong (Kota Raja) sebagai Ibu Kota Kabupaten Kutai Kartanegara, saat ini telah menjelma menjadi salah satu daerah wisata unggulan di Kalimantan Timur dengan tata kota yang diinspirasi dari keunikan daerah peninggalan sejarah dan warisan budaya kerajaan tertua di Nusantara.

Seiring dengan hal tersebut salah satu tantangan terbesar pembangunan Kota Tenggarong ke depan adalah kesiapan dalam menyambut Ibu Kota Nusantara (IKN) khususnya sebagai mitra dalam proses pembangunan kewilayahan yang terintegrasi, mengingat dalam Undang-Undang IKN, mandat yang diberikan kepada Kabupaten Kutai Kartanegara adalah selain sebagai daerah penyangga lingkungan hidup dan pangan, juga sebagai daerah wisata berkelanjutan.

“Kondisi ini menjadi sangat penting untuk kita pahami, bahwa kekuatan kita sebagai daerah yang memiliki sejarah peradaban di Nusantara, harus terus kita perkuat dan dikembangkan dalam sebuah kebijakan pembangunan kewilayahan yang dapat meningkatkan daya tarik wisata daerah, khususnya dalam menjaga peluang keberadaan IKN sebagai pemantik pemerataan pembangunan di wilayah timur Indonesia. Atas dasar tersebut pembenahan Tata Kota Tenggarong harus terus dilakukan,” ucap Bambang.

Acara ditutup persembahan dari paduan suara Sekretariat DPRD Kukar yang dipimpin langsung H.M.Ridha Darmawan Sekretaris DPRD Kukar yang menyayikan lagu Mars HUT Kota Tenggarong, Sungai Mahakam dan Pantun Ganjur. (adv)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *