ANTISIPASI BANJIR: Warga Jalan Pesut bergotong royong membersihkan drainase setelah banjir besar
TENGGARONG-Masalah klasik “kuah” di tengah-tengah pusat Kota Raja ini, penghambatnya bukan hanya soal drainase atau masalah pembebasan lahan yang tak maksimal. Namun juga, intensitas curah hujan yang sangat ekstrem.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim hujan di Kalimantan Timur (Kaltim) akan terjadi pada bulan Oktober hingga Desember 2023. Sedangkan puncak musim hujan diperkirakan mulai Januari hingga Februari 2024 mendatang.
Pengamatan curah hujan yang jatuh di pusat Kota Tenggarong (Jalan Patin, Jalan Pesut dan Jalan Belida) saat banjir 15 Mei 2023 dan 5 Juni 2023 itu turun sekitar 300 mm/hari. Curah hujan dengan intensitas ekstrem ini disebut pernah turun 2 kali dalam 50 tahun lalu.
Anggota Komisi III DPRD Kukar Sugeng Hariadi mengatakan, persoalan banjir ini dekat dengan gedung DPRD. Disatu sisi hujan merupakan rezeki juga menjadi musibah bagi warga Jalan Patin dan sekitar. “Persoalan banjir di Jalan Patin ini harus dipecahkan duduk bersama dengan pejabat yang berwenang (Dinas PU Kukar), karena masalah drainase di Jalan Patin ini dari hulu dan hilirnya bermasalah,” ucap politisi PDIP ini.
Foto: Sugeng Hariadi
Ia mengatakan, kendati persoalan banjir di bukan di dapilnya (Tenggarong Seberang) namun harapnya camat dan kades bersinergi pada APBD-P 2023. “Persoalan banjir di Tenggarong Seberang seperti nomalisasi persawahan juga bisa terealisasi. Karena saat banjir separuh sawah di Tenggarong Seberang ini tenggelam,” tuturnya.
Sebelumnya Wisnu Wardhana mengatakan, pihaknya bersama Bupati Kukar Edy Damansyah dan instansi terkait sudah turun ke lapangan bertepatan pada banjir yang terjadi pada 5 Juni lalu. “Outlet pembuangan saluran drainase di Muara Sungai Mahakam sangat kecil, bahkan ada bangunan rumah yang berdiri di atasnya,” ujar Wisnu saat masih mejabat kepala Dinas PU Kukar.
Hal ini lah yang membuat air hujan menggenang cukup lama di pemukiman (sekitar Jalan Patin, Jalan Pesut). “Saat curah hujan sudah mulai reda kami pantau drainase di depan rumah dinas wakil ketua DPRD Kukar Jalan Patin, debitnya sangat deras. Berbeda dengan drainase disisi seberangnya debitnya tidak normal,” tuturnya.
Debit air hujan yang tidak normal (kurang deras) pada saat curah hujan ekstrem di samping pagar kantor DPRD Kukar (Jalan Patin) ini berfungsi tidak maksimal. Harusnya debit air ke Muara Sungai Mahakam ini mengalir deras. “Informasi yang kami peroleh saat pembangunan drainase Jalan Patin pada 2017 lalu ada warga yang menolak di depan rumahnya dibangun drainase, sekitar simpang Jalan Lais-Jalan Patin,” urainya.
Saat peningkatan Jalan Patin termasuk pembangunan drainase kanan-kiri jalan pihak ketiga yang mengerjakan proyek tersebut sudah memberikan pengarahan, jembatan saluran drainase warga pemilik rumah/toko dibangunkan sesuai dengan yang diminta. “Warga sebaiknya mendukung, bukan malah sebaliknya minta dibebaskan lahannya,” ujar Wisnu.
Persoalan banjir di dalam Kota Tenggarong memang belum 100 persen dilaksanakan. Namun akan dituntaskan programnya sampai 2024. Apalagi masih terdapat titik lain yang perlu juga diantisipasi terhadap genangan banjir. “Kami merencanakan presentasi di depan bupati untuk action plan penanganan banjir dalam Kota Tenggarong, termasuk normalisasi sawah di Tenggarong Seberang akan kami selesaikan 2024,” tambah Wisnu.
Di sisi lain dari titik pantau curah hujan Dinas PU Kukar pada 15 Mei dan 5 Juni 2023 lalu curah hujan intensitasnya sekitar 300 mm per jam. “Curah hujan ini harusnya turun 50 tahun sekali, namun dalam 1 bulan ini curah hujan sangat ekstrem itu sudah turun 2 kali,” tambahnya.
Menurut data dari portal BMKG ambang batas nilai yang digunakan untuk menentukan intensitas hujan ringan 0.5 – 20 mm/hari (hijau), hujan sangat lebat 100 – 150 mm/hari (merah), hujan ekstrem 150 mm/hari (ungu). Lengkap lihat grafis.
Sungai Mahakam yang pasang ditambah drainase yang tidak maksimal menjadi persoalan banjir dalam Kota Raja “Outlet yang di bangun di muara sekitar DPRD Kukar hingga Jalan Jelawat itu saluran pembuangannya tidak terlalu besar. Ini membuat debit air yang keluar ke Sungai Mahakam tak maksimal,” jelas Wisnu
Dinas PU akan berupaya memperlebar saluran drainase di muara Sungai Mahakam ini pada APBD-P 2023, namun persoalannya di beberapa titik saluran drainase ini masih “konflik” dengan pemilik lahan bahkan ada rumah warga yang berdiri di atas saluran drainase. “Kami ini hanya bisa mengalokasikan anggaran untuk pembangunan fisik peningkatan drainase, urusan pembebasan lahan ini kewenangan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kukar,” ucapnya.
Pada jaringan drainase di Jalan Putri Kencana (koneksi drainase Jalan Naga-Jalan Pesut) ada juga yang akan direncanakan pembebasan lahan untuk memperlebar saluran air ke muara. “Namun dari harga yang ditawarkan instasi terkait kepada pemilik lahan belum ada kata sepakat,” bebernya.
Sebagai informasi pada 2023 ini terdapat alokasi peningkatan drainase di Jalan Naga dengan anggaran sekitar Rp 1,3 miliar. “Perkiraan hanya sekitar 50 meter drainase yang akan dibangun di Jalan Naga,” tutur Wisnu.
Saluran drainase pracetak ini pembuatan struktur beton dilakukan dengan cara dicetak di luar lokasi. Karena konsep pengecoran di pinggir jalan akan mengganggu manajemen traffic lalu lintas “Kami harapkan pihak ketiga melebarkan terlebih dahulu salurannya (selebar 2 meter), setelah itu cetakan beton bisa langsung diturunkan dari truk trailer. Target kami 2 hari cetakan beton sudah diposisinya,” jelasnya. (adv)