Berita Terbaru

Survei Terbaru Charta Politika, Pasangan Edi-Rendi Kokoh di Posisi Pertama Jelang Pilkada Kukar Mahfud MD: Putusan MK Lebih Tinggi dari Peraturan KPU, Otomatis Gugurkan Putusan MA TIM KUASA HUKUM EDI -RENDI Tanggapi masalah Video Narasi Putusan MK

Harap Pemerintah Kendalikan Harga (Pupuk-Herbisida), Harga TBS Rp 1.900 Hanya Cukup Menutupi Biaya Produksi

JIKA di daerah lain harga Tandan Buah Segar (TBS) pernah melorot Rp 800 per kg. Di Desa Loleng Kecamatan Kota Bangun petani menjual ke pedagang pengumpul dikisaran Rp 1.900 per kg. Harga tersebut tak pernah turun saat buah sawit di daerah lain melorot tajam.

Menurut pengamatan Kepala Desa Loleng Rafi’i mengatakan, harga TBS di Desa Loleng relatif stabil. Sampai saat ini pihaknya belum pernah menemukan kelompok tani sawit di desa ini yang menjual TBS di bawah Rp 1.000 per kg. “Saya pernah dengar di kecamatan lain harga TBS Rp 800-900 per kg nya dibeli tengkulak (pengumpul), tapi kalau di Kota Bangun tak pernah dengar dibeli murah,” ujarnya.

Harga terendah saat itu (2022 lalu) sampai 2023 masih Rp 1.900 per kg. Harga Rp 900 ini jelas memprihatinkan, ini mungkin terjadi karena pabrik kelapa sawit (PKS) CPO di daerah tersebut hanya terdapat 1 pabrik. “Harga TBS Rp 1.900 per kg ini saja diperkirakan hanya menutup biaya produksi panen dan pemupukan,” tuturnya saat mendapat keluhan dari petani sawit.

Petani juga mengeluhkan naiknya harga pupuk dan herbisida. Jika dihitung harga produksi dengan kenaikan tersebut Rp 1.850-2.250 per kg nya. “Saya harap pemerintah dapat mengendalikan harga pupuk, apalagi harga herbisida yang saat ini sudah naik tajam, karena harga Rp 1.900 per kg tersebut hanya cukup menutup biaya produksi (pupuk dan herbisida,” terangnya.

Kendati keuntungan tipis namun kelompok tani di Desa Loleng ini saling menguatkan, apalagi PKS tidak pernah menolak buah sawit. “Di Desa Loleng yang berbatasan dengan Muara Kaman ini terdapat tiga PKS. PT PMM dan TJA dan PT RKP, pabrik CPO ini selalu kekurangan buah,” tuturnya.

Petani mulai memetik TBS sawit yang dihasilkan, jual ke tengkulak karena tak memiliki mobil. Dari sisi produksi, Rafi’i menilai hasil buah cukup tinggi. Kualitasnya juga baik. Sekali panen, rata-rata petani di desa ini bisa menghasilkan 1-2,5 ton per kapling atau kurang lebih dua hektar per bulan. “Jumlah ini menurutnya cukup baik untuk tanaman yang baru mulai berbuah. Jadi petani di desa ini semangat hasil buah selalu laku dijual ke PKS,” kata Rafi’i. (adv/bis)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *